Haqq Berarti Kebenaran – Allah adalah Sumber Kebenaran
Nama Allah ini beberapa kali disebutkan dalam Al-Qur’an
Yang menunjukkan bahwa ini merupakan penjelasan penting dari Tujuan Al-Qur’an
Nama Allah ini beberapa kali disebutkan dalam Al-Qur’an
Yang menunjukkan bahwa ini merupakan penjelasan penting dari Tujuan Al-Qur’an
Al-Qur’an Telah Terungkap dengan kebenaran
Akan membawa kita pada jalan yang lurus dan
Memiliki Rasulullah yang membawa kebenaran kepada kita
Akan membawa kita pada jalan yang lurus dan
Memiliki Rasulullah yang membawa kebenaran kepada kita
Hanya Allah yang Mengungkapkan kebenaran dan membatalkan kepalsuan,
Siapa yang memanggil orang untuk-Nya agama Islam;
Siapa yang Memberikan kabar gembira di akhirat;
Siapa yang melakukan dan Marshall menegakkan keadilan dengan kebenaran
Siapa yang memanggil orang untuk-Nya agama Islam;
Siapa yang Memberikan kabar gembira di akhirat;
Siapa yang melakukan dan Marshall menegakkan keadilan dengan kebenaran
(QS.6 Al-Anaam :62)
Kemudian mereka [hamba Allah] dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum [pada hari itu] kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.(QS.22 Al-Hajj :6)
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu,(QS.23 Al-Muminun :116)
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia, Tuhan [Yang mempunyai] ’Arsy yang mulia.(QS.24 Al-Nur :25)
Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan [segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya].(QS.31 Luqman :30)
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Keberadaan-Nya Terbukti benar dan begitu
juga Keilahian-Nya. Dia Membuat kebenaran yang nyata oleh kekuatan
kata-kata-Nya, Mendukung Mereka yang Siapa Dia mengasihi dengan
tanda-tanda-Nya. Allah adalah Kebenaran,
Al-Haqq, yang layak dipuja, Yang selalu ada dan tidak pernah yang menghilang, Kehadiran yang Terbukti.
Kehadiran-Nya sebenarnya adalah berdiri
pada kemampuannya sendiri, dan tidak ada Ada kecuali-melalui Dia, dan
oleh Dia, dan Dia tidak pernah bergerak dan atas gerak atau apapun fisik
atau material.
Izin memiliki kebenaran mewujud. Dia
Membuat kebijaksanaan-Nya menentukan segala sesuatu. Ia hadir dengan
cara yang tidak ada ruang untuk Yang Memungkinkan Nya untuk tidak hadir,
juga tidak berbeda, atau punah. Segala sesuatu yang ada adalah dari
Dia, dan kepada-Nya adalah tujuan utama.
“Al-Haqq” adalah antitesis dari dusta. Menurut salah satu tradisi, Rasulullah mengatakan,“Labbayka Haqqan aqqa!”Artinya, “Ya, ya Kebenaran, hai Satu Jujur, di sinilah aku, dalam ketaatan kepada-Mu Inilah aku, antitesis O dusta!“
Sesungguhnya Dia adalah kebenaran tanpa keraguan apapun. Allah telah berkata,
“Lalu Apakah Mereka duduk kembali kepada Allah, Guru mereka, Yang benar” (QS.6 Al-Anaam :62).Juga saya katakan, ini begitu Karena Allah adalah Kebenaran, dan itu yang mereka sembah selain-Nya adalah batil. (QS.31 Luqman :30)Dan Allah akan menunjukkan kebenaran untuk menjadi kenyataan dengan kata-kata-Nya. (QS.10 Yunus :82)Janji-Nya adalah kebenaran yang sangat, saya katakan dalam hal ini: Sesungguhnya janji Allah adalah benar. (QS.31 Luqman :33)
Setiap kali Nabi shalat Tahajjud sepanjang malam, aku akan berkata,
“Tuhan Puji Semua ini disebabkan Anda! Engkau adalah Tuhan langit dan bumi dan segala isinya! Puji Semua ini disebabkan Anda! Engkau adalah Dia Yang menopang langit dan bumi dan segala isinya! Anda Kebenaran, ucapan Anda adalah kebenaran, janji Anda adalah kebenaran; pertemuan dengan Anda adalah kebenaran, kebenaran adalah Surga, Neraka adalah kebenaran, Jam [kiamat] adalah kebenaran!
Di
antara Al-Asma’ul Husna adalah Al-Haq (Yang Maha Benar). Nama yang
mulia ini telah Allah l sebut dalam Al-Qur’an. Allah l berfirman:
“Yang
demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan
sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Hajj: 6)
“Maka
Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.”
(Al-Mu’minun: 116)
Dari Ibnu Abbas c, dia berkata:
كَانَ
النَّبِيُّ n إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَتَهَجَّدُ قَالَ: اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ،
وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ،
وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ،
وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ
وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ
حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ n حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ
وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ
خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا
أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ
وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ –أَوْ: لَا إِلَهَ
غَيْرُكَ
“Adalah
Nabi n bila melakukan shalat malam bertahajjud beliau berdoa: Ya Allah,
milik-Mulah segala pujian. Engkaulah Penegak langit dan bumi serta
siapa saja yang ada padanya. Milik-Mulah segala pujian, milik-Mulah
kerajaan langit-langit dan bumi dan siapa saja yang ada padanya.
Milik-Mulah segala pujian, Engkaulah Cahaya langit-langit dan bumi dan
siapa saja yang ada padanya. Milik-Mulah segala pujian, Engkaulah Raja
langit-langit dan bumi. Milik-Mulah segala pujian, Engkaulah Yang Maha
Benar, janji-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar ucapan-Mu benar, surga
benar, neraka benar, para nabi benar, Muhammad n benar, hari kiamat
benar. Ya Allah, kepada-Mulah aku berserah diri, dan kepada-Mulah aku
beriman, kepada-Mulah aku bertawakkal, kepada-Mulah aku kembali, dengan
pertolongan-Mulah ketika aku berdialog, kepada-Mulah aku berhukum. Maka
ampunilah apa yang telah aku perbuat, dan apa yang aku lakukan di
belakang hari, apa yang aku sembunyikan atau yang terang-terangan.
Engkaulah yang memajukan atau yang mengundurkan. Tiada Ilah yang benar
melainkan engkau.” (HR. Al-Bukhari, Abwabut Tahajjud Bab At-Tahajjud
billaili)
Nama Allah l yang agung ini memiliki makna yang luas. Di antaranya bahwa keberadaan Allah l sungguh-sungguh benar.
Qiwamussunnah
Al-Ashfahani t mengatakan: “Di antara nama Allah l adalah Al-Haq (Yang
Maha Benar), yakni Dialah yang keberadaan-Nya sungguh benar…”
(Al-Hujjah, 1/135)
Ibnul
Qayyim t berkata: “Karena sesungguhnya Allah l, Dialah Yang Maha Benar,
ucapan-Nya benar, dan agama-Nya benar. Kebenaran merupakan sifat-Nya.
Kebenaran adalah sifat-Nya dan milik-Nya.” (Madarijus Salikin, 2/333)
Asy-Syaikh
As-Sa’di t mengatakan: “Al-Haq, Yang Maha Benar, pada Dzat dan
sifat-Nya. Maka ada-Nya adalah suatu kepastian. Maha sempurna seluruh
sifat-Nya. Dzat-Nya mengharuskan keberadaan-Nya, dan tiada keberadaan
sesuatu dari suatu apapun kecuali dengan kehendak-Nya. Dialah yang masih
tetap dan terus memiliki sifat keagungan, keindahan, dan kesempurnaan.
Ucapan-Nya benar, perbuatan-Nya benar, perjumpaan dengan-Nya juga benar,
para rasul-Nya benar, kitab-kitab-Nya benar, agama-Nyalah yang benar,
ibadah kepada-Nya satu-satu-Nya adalah benar, dan segala sesuatu yang
disandarkan kepada-Nya adalah benar.
“(Kuasa
Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah
(Ilah) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah,
itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” (Al-Hajj: 62)
“Dan
katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al-Kahfi: 29)
“Maka
(Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak
ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu
dipalingkan (dari kebenaran)?” (Yunus: 32)
“Dan
katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.’
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”
(Al-Isra’: 81) [Taisir Al-Karimirrahman, dinukil dari Shifatullah k]
http://mengenalalloh.blogspot.com/2011/12/al-haq.html
Al
Haq merupakan suatu tema kajian yang menarik. Dalam beberapa media, al haq
sering muncul sebagai materi yang memiliki daya tarik. Pembicaraan mengenai Al
Haq sebagai sesuatu yang harus kita fahami, sebagai salah satu asmaul husna,
ataupun yang lainnya, merupakan hal yang telah lama muncul. Akan tetapi sampai
pada saat ini masih banyak yang mengkajinya. Apakah karena permasalahan
mengenai Al Haq di anggap belum selesai atau karena memang Al Haq memiliki
banyak kandungan makna yang masih
belum terungkap.
belum terungkap.
Berbicara
mengenai al haq, pada zaman dahulu pernah menjadi suatu hal yang fenomenal.
Tepatnya pada zaman penyebaran Islam di indonesia, lebih spesifiknya pada zaman
wali songo. Pada saat itu ada dua orang sufi yang terkenal dengan perkataannya
“ana al haq”[1].
Al Hallaj dan Syeh Siti Jenar adalah dua orang sufi yang terkenal dengan ucapan
ucapan di atas yakni "ana al-Haq"-nya. Al Hallaj kemudian dijatuhi
hukuman mati oleh kerajaan waktu itu, sedangkan Syeh Siti Jenar mematikan
dirinya dengan sukarela. Meskipun pengakuan semua sufi-sufi yang sejaman dengan
keduanya (misal Juneid al Baghdadi, dan wali sanga) bahwa tauhid Al Hallaj
maupun Siti Jenar adalah benar (misalnya, di buku2 tentang Syeh Siti Jenar banyak
dikutip dialog Sunan Geseng dengan Syeh Siti Jenar yang tercatat di Babad Tanah
Jawa, yang menyepakati mengenai wahdah al-wujud). Tapi begitulah, Al Hallaj
dihukum mati, menurut ahli-ahli sejarah dan telah di konfirmasi secara
literatur, sedangkan Syeh Siti Jenar wallahu a'lam. (bisa jadi beliau
"dihukum mati" tidak tercantum dalam literatur).
Sejarah
tersebut membuktikan bahwa pergolakan mengenai al haq telah ada sejak zaman
dulu khususnya di indonesia.
Pembahasan
الحق berasal dari kata حق, terdiri dari 2 huruf yakni ha dan qaf.
Maknanya berkisar pada kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Lawan
dari yang batil/lenyap adalah Haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak
berubah”, juga dinamai haq, demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau
“yang wajib”. Tikaman yang mantap sehingga menembus ke dalam – karena mantapnya
– juga dilukiskan dengan akar kata ini yakni muthaqoh. Pakaian yang baik
dan mantap tenunannya dinamai tsaubun muhaqqaq. Al haq dalam asmaaulhusna
memiliki pengertian maha benar. Asmaaulhusna secara harfiah ialah nama-nama
Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifatNya. Nama-nama Allah yang
agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan
kehebatan Allah, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta beserta segala
isinya. Dengan pengertian tersebut bisa dipahami bahwa Al haq adalah salah satu
sifatnya. Dengan kata lain, salah satu sifat Allah SWT itu adalah maha benar (الحق) .
Nilai-nilai
agama adalah Haq karena nilai-nilai tersebut selalu mantap tidak dapat
diubah-ubah[2].
Seagala sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti
menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Kata
al-Haq terulang di dalam Al Qur’an sebanyak 227 kali dengan aneka ragam
arti; seperti agama, Al Qur’an, Islam, keadilan, tauhid, keyakinan, kematian,
kebangkitan dan lain-lain, yang puncaknya adalah Allah swt.
Seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Allah swt adalah Haq. karena Dia
tidak mengalami sedikitpun perubahan. Dia wujud dan wujudNya bersifat wajib.
Tidak dapat tergambar dalam benak bahwa Dia disentuh oleh ketiadaan atau
perubahan, sebagaimana yang dialami oleh makhluk. Dia yang berhak (yang mesti)
disembah, tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Dia juga Haq karena
yang bersumber dariNya pasti benar, mantap, dan tidak berubah.
Imam
Al Ghazali menguraikan bahwa apa yang diinformasikan merupakan satu dari tiga
kemungkinan: Batil secara mutlak, Haq secara mutlak, atau dari satu
sisi haq dan dari sisi yang lain batil.
Sesuatu
dari sisi zatnya tidak mungkin wujud adalah batil secara mutlak, lawannya
adalah Haq, yaitu Allah karena wujudnya wajib adanya.
Adapun
yang dari satu sisi haq dan sisi lain abtil adalah hal yang bila
ditinjau dari zatnya, tidak ada atau tidak dapat ada kecuali bila diadakan.
Nah, dari sisi ini ia batil, tetapi bila ditinjau dari wujudNya itu, maka dia haq
walau pun sifat haq yang disandangNya bersifat relatif, karena tadinya
tidak ada, kemudian diadakan, lalu akan ditiadakan lagi. Maha benar Allah dalam
firmanNya:
Ÿwur äíô‰s? yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä ¢ Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd 4 ‘@ä. >äóÓx« î7Ï9$yd žwÎ) ¼çmygô_ur 4 ã&s! â/õ3çtø:$# Ïmø‹s9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÑÑÈ
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah,
Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan,
dan Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (QS. Al Qashash [28] : 88).
Sesuatu yang terjangkau oleh akal dan dibenarkan
olehnya juga dinamai haq, walaupun sifatNya relatif, karena
pembenarannya bersumber dari pemilik akal (manusia) yang relatif.
Ucapan juga ada yang terjangkau oleh akal dan
dibenarkan olehnya serta sesuai dengan kenyataan, maka ketika itu ia pun
menjadi haq. Ucapan yang paling haq adalah Laa Ilaaha IllaaAllah, karena
dipahami oleh akal, dibenarkan olehnya, serta kandungannya tidak berubah sama
sekali, sampai kapan pun.
Kesimpulan
Al Haq secara bahasa mengandung pengertian kemantapan
sesuatu dan kebenarannya. Lawan dari yang batil/lenyap
adalah Haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak berubah”, juga dinamai haq,
demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau “yang wajib”.
Nilai-nilai
agama adalah Haq karena nilai-nilai tersebut selalu mantap tidak dapat
diubah-ubah[3].
Seagala sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti
menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Allah
swt adalah Haq. karena Dia tidak mengalami sedikitpun perubahan. Dia
wujud dan wujudNya bersifat wajib. Tidak dapat tergambar dalam benak bahwa Dia
disentuh oleh ketiadaan atau perubahan, sebagaimana yang dialami oleh makhluk.
Dia yang berhak (yang mesti) disembah, tiada yang berhak disembah kecuali
Allah. Dia juga Haq karena yang bersumber dariNya pasti benar, mantap,
dan tidak berubah.
http://kacamataekonomiislam.blogspot.com/2012/02/al-haq-sebuah-kajian-kritis-perspektif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar