Kamis, 06 Juni 2013

Al-Haqq

Haqq Berarti Kebenaran – Allah adalah Sumber Kebenaran
Nama Allah ini beberapa kali disebutkan dalam Al-Qur’an
Yang menunjukkan bahwa ini merupakan penjelasan penting dari Tujuan Al-Qur’an
Al-Qur’an Telah Terungkap dengan kebenaran
Akan membawa kita pada jalan yang lurus dan
Memiliki Rasulullah yang membawa kebenaran kepada kita
Hanya Allah yang Mengungkapkan kebenaran dan membatalkan kepalsuan,
Siapa yang memanggil orang untuk-Nya agama Islam;
Siapa yang Memberikan kabar gembira di akhirat;
Siapa yang melakukan dan Marshall menegakkan keadilan dengan kebenaran


(QS.6 Al-Anaam :62)

Kemudian mereka [hamba Allah] dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum [pada hari itu] kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.

(QS.22 Al-Hajj :6)

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu,

(QS.23 Al-Muminun :116)

Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia, Tuhan [Yang mempunyai] ’Arsy yang mulia.

(QS.24 Al-Nur :25)

Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan [segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya].

(QS.31 Luqman :30)

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak  dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.


Keberadaan-Nya Terbukti benar dan begitu juga Keilahian-Nya. Dia Membuat kebenaran yang nyata oleh kekuatan kata-kata-Nya, Mendukung Mereka yang Siapa Dia mengasihi dengan tanda-tanda-Nya. Allah adalah Kebenaran,
Al-Haqq, yang layak dipuja, Yang selalu ada dan tidak pernah yang menghilang, Kehadiran yang Terbukti.
Kehadiran-Nya sebenarnya adalah berdiri pada kemampuannya sendiri, dan tidak ada Ada kecuali-melalui Dia, dan oleh Dia, dan Dia tidak pernah bergerak dan atas gerak atau apapun fisik atau material.
Izin memiliki kebenaran mewujud. Dia Membuat kebijaksanaan-Nya menentukan segala sesuatu. Ia hadir dengan cara yang tidak ada ruang untuk Yang Memungkinkan Nya untuk tidak hadir, juga tidak berbeda, atau punah. Segala sesuatu yang ada adalah dari Dia, dan kepada-Nya adalah tujuan utama.
“Al-Haqq” adalah antitesis dari dusta. Menurut salah satu tradisi, Rasulullah mengatakan,
Labbayka Haqqan aqqa!
Artinya, “Ya, ya Kebenaran, hai Satu Jujur, di sinilah aku, dalam ketaatan kepada-Mu Inilah aku, antitesis O dusta!
Sesungguhnya Dia adalah kebenaran tanpa keraguan apapun. Allah telah berkata,
Lalu Apakah Mereka duduk kembali kepada Allah, Guru mereka, Yang benar” (QS.6 Al-Anaam :62).
Juga saya katakan, ini begitu Karena Allah adalah Kebenaran, dan itu yang mereka sembah selain-Nya adalah batil. (QS.31 Luqman :30)
Dan Allah akan menunjukkan kebenaran untuk menjadi kenyataan dengan kata-kata-Nya. (QS.10 Yunus :82)
Janji-Nya adalah kebenaran yang sangat, saya katakan dalam hal ini: Sesungguhnya janji Allah adalah benar. (QS.31 Luqman :33)
Setiap kali Nabi shalat Tahajjud sepanjang malam, aku akan berkata,
“Tuhan Puji Semua ini disebabkan Anda! Engkau adalah Tuhan langit dan bumi dan segala isinya! Puji Semua ini disebabkan Anda! Engkau adalah Dia Yang menopang langit dan bumi dan segala isinya! Anda Kebenaran, ucapan Anda adalah kebenaran, janji Anda adalah kebenaran; pertemuan dengan Anda adalah kebenaran, kebenaran adalah Surga, Neraka adalah kebenaran, Jam [kiamat] adalah kebenaran!

Di antara Al-Asma’ul Husna adalah Al-Haq (Yang Maha Benar). Nama yang mulia ini telah Allah l sebut dalam Al-Qur’an. Allah l berfirman:
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Hajj: 6)
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (Al-Mu’minun: 116)
Dari Ibnu Abbas c, dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ n إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَتَهَجَّدُ قَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ n حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ –أَوْ: لَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Adalah Nabi n bila melakukan shalat malam bertahajjud beliau berdoa: Ya Allah, milik-Mulah segala pujian. Engkaulah Penegak langit dan bumi serta siapa saja yang ada padanya. Milik-Mulah segala pujian, milik-Mulah kerajaan langit-langit dan bumi dan siapa saja yang ada padanya. Milik-Mulah segala pujian, Engkaulah Cahaya langit-langit dan bumi dan siapa saja yang ada padanya. Milik-Mulah segala pujian, Engkaulah Raja langit-langit dan bumi. Milik-Mulah segala pujian, Engkaulah Yang Maha Benar, janji-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar ucapan-Mu benar, surga benar, neraka benar, para nabi benar, Muhammad n benar, hari kiamat benar. Ya Allah, kepada-Mulah aku berserah diri, dan kepada-Mulah aku beriman, kepada-Mulah aku bertawakkal, kepada-Mulah aku kembali, dengan pertolongan-Mulah ketika aku berdialog, kepada-Mulah aku berhukum. Maka ampunilah apa yang telah aku perbuat, dan apa yang aku lakukan di belakang hari, apa yang aku sembunyikan atau yang terang-terangan. Engkaulah yang memajukan atau yang mengundurkan. Tiada Ilah yang benar melainkan engkau.” (HR. Al-Bukhari, Abwabut Tahajjud Bab At-Tahajjud billaili)
Nama Allah l yang agung ini memiliki makna yang luas. Di antaranya bahwa keberadaan Allah l sungguh-sungguh benar.
Qiwamussunnah Al-Ashfahani t mengatakan: “Di antara nama Allah l adalah Al-Haq (Yang Maha Benar), yakni Dialah yang keberadaan-Nya sungguh benar…” (Al-Hujjah, 1/135)
Ibnul Qayyim t berkata: “Karena sesungguhnya Allah l, Dialah Yang Maha Benar, ucapan-Nya benar, dan agama-Nya benar. Kebenaran merupakan sifat-Nya. Kebenaran adalah sifat-Nya dan milik-Nya.” (Madarijus Salikin, 2/333)
Asy-Syaikh As-Sa’di t mengatakan: “Al-Haq, Yang Maha Benar, pada Dzat dan sifat-Nya. Maka ada-Nya adalah suatu kepastian. Maha sempurna seluruh sifat-Nya. Dzat-Nya mengharuskan keberadaan-Nya, dan tiada keberadaan sesuatu dari suatu apapun kecuali dengan kehendak-Nya. Dialah yang masih tetap dan terus memiliki sifat keagungan, keindahan, dan kesempurnaan. Ucapan-Nya benar, perbuatan-Nya benar, perjumpaan dengan-Nya juga benar, para rasul-Nya benar, kitab-kitab-Nya benar, agama-Nyalah yang benar, ibadah kepada-Nya satu-satu-Nya adalah benar, dan segala sesuatu yang disandarkan kepada-Nya adalah benar.
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Ilah) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Hajj: 62)
“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al-Kahfi: 29)
“Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Yunus: 32)
“Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Al-Isra’: 81) [Taisir Al-Karimirrahman, dinukil dari Shifatullah k]
 http://mengenalalloh.blogspot.com/2011/12/al-haq.html

Al Haq merupakan suatu tema kajian yang menarik. Dalam beberapa media, al haq sering muncul sebagai materi yang memiliki daya tarik. Pembicaraan mengenai Al Haq sebagai sesuatu yang harus kita fahami, sebagai salah satu asmaul husna, ataupun yang lainnya, merupakan hal yang telah lama muncul. Akan tetapi sampai pada saat ini masih banyak yang mengkajinya. Apakah karena permasalahan mengenai Al Haq di anggap belum selesai atau karena memang Al Haq memiliki banyak kandungan makna yang masih
belum terungkap.
Berbicara mengenai al haq, pada zaman dahulu pernah menjadi suatu hal yang fenomenal. Tepatnya pada zaman penyebaran Islam di indonesia, lebih spesifiknya pada zaman wali songo. Pada saat itu ada dua orang sufi yang terkenal dengan perkataannya “ana al haq”[1]. Al Hallaj dan Syeh Siti Jenar adalah dua orang sufi yang terkenal dengan ucapan ucapan di atas yakni "ana al-Haq"-nya. Al Hallaj kemudian dijatuhi hukuman mati oleh kerajaan waktu itu, sedangkan Syeh Siti Jenar mematikan dirinya dengan sukarela. Meskipun pengakuan semua sufi-sufi yang sejaman dengan keduanya (misal Juneid al Baghdadi, dan wali sanga) bahwa tauhid Al Hallaj maupun Siti Jenar adalah benar (misalnya, di buku2 tentang Syeh Siti Jenar banyak dikutip dialog Sunan Geseng dengan Syeh Siti Jenar yang tercatat di Babad Tanah Jawa, yang menyepakati mengenai wahdah al-wujud). Tapi begitulah, Al Hallaj dihukum mati, menurut ahli-ahli sejarah dan telah di konfirmasi secara literatur, sedangkan Syeh Siti Jenar wallahu a'lam. (bisa jadi beliau "dihukum mati" tidak tercantum dalam literatur).
Sejarah tersebut membuktikan bahwa pergolakan mengenai al haq telah ada sejak zaman dulu khususnya di indonesia.

Pembahasan
الحق berasal dari kata حق, terdiri dari 2 huruf yakni ha dan qaf. Maknanya berkisar pada kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Lawan dari yang batil/lenyap adalah Haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak berubah”, juga dinamai haq, demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau “yang wajib”. Tikaman yang mantap sehingga menembus ke dalam – karena mantapnya – juga dilukiskan dengan akar kata ini yakni muthaqoh. Pakaian yang baik dan mantap tenunannya dinamai tsaubun muhaqqaq. Al haq dalam asmaaulhusna memiliki pengertian maha benar. Asmaaulhusna secara harfiah ialah nama-nama Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifatNya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan Allah, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta beserta segala isinya. Dengan pengertian tersebut bisa dipahami bahwa Al haq adalah salah satu sifatnya. Dengan kata lain, salah satu sifat Allah SWT itu adalah maha benar (الحق) .
Nilai-nilai agama adalah Haq karena nilai-nilai tersebut selalu mantap tidak dapat diubah-ubah[2]. Seagala sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Kata al-Haq terulang di dalam Al Qur’an sebanyak 227 kali dengan aneka ragam arti; seperti agama, Al Qur’an, Islam, keadilan, tauhid, keyakinan, kematian, kebangkitan dan lain-lain, yang puncaknya adalah Allah swt.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Allah swt adalah Haq. karena Dia tidak mengalami sedikitpun perubahan. Dia wujud dan wujudNya bersifat wajib. Tidak dapat tergambar dalam benak bahwa Dia disentuh oleh ketiadaan atau perubahan, sebagaimana yang dialami oleh makhluk. Dia yang berhak (yang mesti) disembah, tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Dia juga Haq karena yang bersumber dariNya pasti benar, mantap, dan tidak berubah.
Imam Al Ghazali menguraikan bahwa apa yang diinformasikan merupakan satu dari tiga kemungkinan: Batil secara mutlak, Haq secara mutlak, atau dari satu sisi haq dan dari sisi yang lain batil.
Sesuatu dari sisi zatnya tidak mungkin wujud adalah batil secara mutlak, lawannya adalah Haq, yaitu Allah karena wujudnya wajib adanya.
Adapun yang dari satu sisi haq dan sisi lain abtil adalah hal yang bila ditinjau dari zatnya, tidak ada atau tidak dapat ada kecuali bila diadakan. Nah, dari sisi ini ia batil, tetapi bila ditinjau dari wujudNya itu, maka dia haq walau pun sifat haq yang disandangNya bersifat relatif, karena tadinya tidak ada, kemudian diadakan, lalu akan ditiadakan lagi. Maha benar Allah dalam firmanNya:
Ÿwur äíôs? yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä ¢ Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd 4 @ä. >äóÓx« î7Ï9$yd žwÎ) ¼çmygô_ur 4 ã&s! â/õ3çtø:$# Ïmøs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÑÑÈ  
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (QS. Al Qashash [28] : 88).
Sesuatu yang terjangkau oleh akal dan dibenarkan olehnya juga dinamai haq, walaupun sifatNya relatif, karena pembenarannya bersumber dari pemilik akal (manusia) yang relatif.
Ucapan juga ada yang terjangkau oleh akal dan dibenarkan olehnya serta sesuai dengan kenyataan, maka ketika itu ia pun menjadi haq. Ucapan yang paling haq adalah Laa Ilaaha IllaaAllah, karena dipahami oleh akal, dibenarkan olehnya, serta kandungannya tidak berubah sama sekali,  sampai kapan pun.

Kesimpulan
Al Haq secara bahasa mengandung pengertian kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Lawan dari yang batil/lenyap adalah Haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak berubah”, juga dinamai haq, demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau “yang wajib”.
Nilai-nilai agama adalah Haq karena nilai-nilai tersebut selalu mantap tidak dapat diubah-ubah[3]. Seagala sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Allah swt adalah Haq. karena Dia tidak mengalami sedikitpun perubahan. Dia wujud dan wujudNya bersifat wajib. Tidak dapat tergambar dalam benak bahwa Dia disentuh oleh ketiadaan atau perubahan, sebagaimana yang dialami oleh makhluk. Dia yang berhak (yang mesti) disembah, tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Dia juga Haq karena yang bersumber dariNya pasti benar, mantap, dan tidak berubah.
http://kacamataekonomiislam.blogspot.com/2012/02/al-haq-sebuah-kajian-kritis-perspektif.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar