Di
antara Al-Asma’ul Husna adalah ﮨ (Al-Hayyu), Yang Maha Hidup. Nama
Allah Al-Hayyu ini telah disebutkan dalam beberapa ayat di antaranya:
“Allah,
tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(Al-Baqarah: 255)
“Allah,
tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal
lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.” (Ali ‘Imran: 2)
“Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (Al-Furqan: 58)
“Dialah
yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka
sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam.” (Ghafir: 65)
Disebutkan pula dalam hadits Abdullah bin Abbas c, bahwa Rasulullah n dahulu pernah berdoa:
اللَّهُمَّ
لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ
أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Ya
Allah, kepada-Mulah aku berserah diri, kepada-Mulah aku beriman,
kepada-Mulah aku bertawakkal, kepada-Mulah aku kembali, dan dengan
kekuatan dari-Mulah aku bertikai dengan musuh. Ya Allah, aku berlindung
dengan kemuliaan-Mu -tiada sesembahan yang benar melainkan Engkau- dari
Engkau sesatkan aku, Engkaulah Yang Maha Hidup, yang tidak akan mati
sementara jin dan manusia mati semua.” (Shahih, HR. Muslim)
Asy-Syaikh Muhammad Khalil Al-Harras mengatakan:
“Makna
Al-Hayyu adalah yang memiliki sifat hidup dengan kehidupan yang
sempurna dan abadi, di mana tidak menimpainya kematian ataupun fana,
karena sifat hidup bagi-Nya merupakan sifat Dzat Allah l yang Maha Suci.
Sebagaimana sifat Al-Qayyum mengharuskan adanya seluruh sifat fi’liyyah
Allah l (yang terkait dengan perbuatan-Nya) yang sempurna, maka
demikian pula sifat hidup-Nya mengharuskan adanya seluruh sifat
dzatiyyah (yang terkait dengan Dzat-Nya) yang sempurna, baik itu sifat
ilmu, kemampuan, keinginan, pendengaran, penglihatan, kemuliaan,
kesombongan, keagungan, dan semacamnya.” (Syarh Nuniyyah, 2/112 lihat
juga hal. 66)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t mengatakan:
“Yakni
yang memiliki kehidupan yang sempurna yang mengandung seluruh sifat
kesempurnaan, tidak didahului oleh ketiadaan, dan tidak disudahi dengan
kelenyapan, serta tidak tertimpa kekurangan pada sisi manapun.” (Syarh
Al-Wasithiyyah hal. 134)
http://mengenalalloh.blogspot.com/2011/12/al-hayyu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar