MAKNA AL-KARIM DARI TINJAUAN BAHASA
Berikut ini beberapa penjelasan para ulama pakar bahasa Arab mengenai makna al-Karîm:
Ibnu Fâris rahimahullah menyebut bahwa asal kata karom (bentuk noun kata
al-Karîm) menunjukkan dua makna, salah satunya adalah kemuliaan[1].
Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata, "al-Karîm artinya pemaaf. Allah Azza
wa Jalla adalah al-Karîm yang memaafkan dosa para hamba-Nya yang
beriman"[2].
Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: " al-Karîm salah satu dari
sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang
sangat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikmat dan
keutamaan". al-Karîm adalah nama yang mencakup segala sifat yang
terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm (Maha Mulia) amat terpuji
segala perpuatan-Nya.[3]
Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: " al-Karîm salah satu dari sifat
Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki
kebaikan, amat pemurah lagi pemberi. Pemberian-Nya tidak pernah habis.
Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak. al-Karîm adalah nama
mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga
menghimpun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama
al-Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-Nya,
Rabb yang memiliki 'Arsy yang mulia lagi agung"[4].
PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AL-KARIM
Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur'ân, nama Allah Azza wa
Jalla yang mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat
an-Naml/27:40:
فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي
لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
"Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia
pun berkata: "Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya
lagi Maha Mulia".
Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
"Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah".
Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan
tentang perkataan Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan
wujud istana ratu Balqis di hadapannya. Pemberian Allah Azza wa Jalla
tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syukurnya pada
Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu,
ayat ini ditutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani
(Maha Kaya) dan al-Karîm (Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat
dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yang mau bersyukur, sikap
tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena Allah
Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan
mengurangi kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang
bersyukur akan mendapat balasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah)
balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Allah
Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini
seperti termaktub dalam firman Allah:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
"Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak
memerlukanmu) dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan
jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu"
[az-Zumar/39:7]
Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri. Dan barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur),
sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya lagi Maha Mulia. Allah Azza
wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi karena Allah Azza
wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah).
Adapun pada ayat surat al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada
manusia, apa yang membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka
kepada Allah Azza wa Jalla. Padahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa
mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat bagi mereka. Karena Allah
bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia
berlaku demikian, karena Allah al-Karîm (pemurah) terhadap mereka.
Al-Karîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian
dan kebaikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-Karîm
menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan
segala sifat serta perbuatan-Nya:
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat
sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k
Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada
sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat
sempurna dalam segala maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak
ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala
perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Nama Allah al-Karîm
mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta
bermakna kelembutan dan memberi kebaikan" [5].
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Secara global, makna al-Karîm
adalah dzat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan
gampang. Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan
kebaikan "[6].
Diantara makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh
makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua
kebaikan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada makhluk adalah
semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.
Kemudian, sebagai (cermin) sifat karom-Nya, Allah Azza wa Jalla
memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Allah Azza wa
Jalla memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban
kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriringan dengan nama Allah
al-'Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ
عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ
قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّي
Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha , ia berkata: "Wahai Rasulullah, apa
pendapatmu jika seandainya aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang
aku ucapkan?" Beliau bersabda: "Ucapkanlah: Ya Allah sesungguhnya
engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf, maka
ampunilah aku". [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]
Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa
Jalla menghapus dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan
kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
رَحِيمًا
"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh;
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah
maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [al-Furqân/25:70]
Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa
memberi, tanpa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin" [Luqmân/31:20]
Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi
nikmat dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri.
Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui". [al-'Ankabût/29:60]
Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi
berbagai kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla
bersifat Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
"Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh".
[Adz-Dzâriyât/51:57-58]
Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan
para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan
permintaan mereka. Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar
permintaan mereka tersebut. Sebaliknya, akan marah kepada orang yang
tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemurah. Allah Azza wa
Jalla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Rabbmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
[Ghâfir/40:60]
Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan[7].
ALLAH AZZA WA JALLA MENAMAKAN AL-QUR'AN DENGAN NAMA AL-KARIM
Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa kitab suci al-Qur'ân kalamullah
adalah kitab yang Karîm (mulia). Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ
"Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia" [al-Wâqi'ah/56:77]
Dijelaskan oleh para ulama, alasannya karena al-Qur'ân adalah kalâmullah
(perkataan Allah Azza wa Jalla), mengandung kebaikan yang begitu
banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk yang lurus, keterangan yang jelas,
ilmu yang berguna dan hikmah yang banyak [8]. Segala kebaikan terjamin
dengan menjalankan isi Al Quran tersebut.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, "Allah Azza wa Jalla menyebutkan sifat
al-Qur'ân dengan sesuatu yang menunjukkan keindahan, limpahan kebaikan
juga manfaat serta keagungannya. Karena al-Karîm adalah sesuatu yang
sarat dengan kebaikan yang amat banyak lagi agung manfaatnya. Dan
al-Qur`ân sendiri, ditinjau dari segala segi merupakan yang terbaik dan
paling afdhal. Maka, Allah Azza wa Jalla mensifati diri-Nya dengan sifat
al-Karam (kemuliaan) serta mensifati kalam dan 'Arasy-Nya dengan sifat
karam pula. Dan juga memberikan sifat tersebut sesuatu yang banyak
kebaikannya dan indah bentuknya..."
Al-Azhari rahimahullah berkata, "Al Qur'ân disebut al-Karîm karena
kandungannya akan berbagai petunjuk, penjelasan, ilmu dan hikmah" [9].
Al Qur'ân yang mulia ini dibawa oleh malikat yang mulia pula yaitu Jibril Alaihissalam, sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
"Sesungguhnya Al Qur'ân itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)" [at-Takwîr/81:19].
Kemudian Al Qur'ân yang mulia tersebut disampaikan oleh malaikat yang
mulia kepada rasul yang mulia pula, Rasulullah Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
"Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.." [al-Hâqqah/69:40]
Berdasar ayat di atas, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam disebut
sebagai utusan yang karîm (mulia) karena Rasul Shallallahu 'alaihi wa
sallam memiliki akhlak yang mulia, membawa kitab yang mulia, mengajak
manusia kepada segala hal yang mulia, baik dalam hal keyakinan maupun
amalan.
Demikian pula, 'Arsy Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
"Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain
Dia, Rabb (Yang memiliki) 'Arsy yang mulia.". [al-Mukminûn/23:116]
Karena 'Arsy merupakan makhluk yang paling besar dan paling tinggi di
atas seluruh makhluk. Segala kemuliaan yang terdapat pada makhluk adalah
atas pemberian Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mulia. Hal tersebut
menunjukkan akan kemulian makhluk tersebut di sisi Allah, melebihi
makhluk-makhluk lainnya.
Surga yang dipenuhi berbagai macam kenikmatan, segala nikmat yang
terdapat di dalamnya melebihi segala apa yang ada di dunia. Yang
disediakan bagi orang-orang yang memiliki sifat mulia. Allah Azza wa
Jalla berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)". [an-Nisâ/4:31]
BEBERAPA PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL MELALUI NAMA ALLAH AZZA WA JALLA AL-KARIM
Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari
mengetahui dan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara
ini merupakan tujuan yang sesungguhnya bagi seorang muslim ketika
memahami nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar nama al-Karîm
benar-benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan
perbaikan ibadah dan akhlak seorang muslim dalam kehidupannya
sehari-hari. Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm
akan menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dalam diri seorang muslim,
diantaranya:
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencintai orang yang bersifat mulia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, "Makhluk yang paling dicintai
Allah Azza wa Jalla adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat
yang merupakan penjabaran dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah
Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla mencintai orang yang
memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya"[10] .
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara
makna al-Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat
mencintai orang yang bersifat pemurah. Dan Allah Azza wa Jalla membenci
orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirman:
هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ
نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا
أَمْثَالَكُمْ
"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu)
pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang
kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan
Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak
(kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu)
dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini".
[Muhammad/47:38]
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada
Allah Azza wa Jalla . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah.
Allah Azza wa Jalla memberi nikmat tanpa batas kepadanya meskipun tanpa
diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur'ânul Karîm.
Karena, al-Qur'ân adalah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang
diturunkan melalui perantara malaikat yang mulia kepada Rasul yang
mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla,
diantaranya malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, maka ia
adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman :
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
"Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh
orang-orang kafir". [al-Baqarah/2:98]
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang
membenci salah seorang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza
wa Jalla, sesuai dengan kandungan ayat di atas.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena
Allah Azza wa Jalla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya. Allah Azza wa
Jalla malu mengembalikan tangan hamba yang diangkat saat berdoa dalam
keadaan kosong. Karena nama Allah al-Karîm bergandengan dengan nama
Allah Azza wa Jalla al-Hayiyyu sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:
إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ.
"Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila
seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya mengembalikannya dalam
keadaan kosong lagi merugi". [HR. Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, dishahihkan
oleh al-Albâni]
Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang yang bersifat mulia
lagi pemurah. Dan menjadikan kita orang yang mencintai segala hal yang
mulia, baik berbentuk keyakinan, ucapan maupun tindakan dan perbuatan.
Wallahu A'lam.
http://mengenalalloh.blogspot.com/2011/12/al-kariim-penjabaran-nama-alloh-azza-wa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar