“Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat dari Rabbnya, maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(Al-Baqarah: 37)
Ibnul Qayyim t menerangkan dengan ringkas tentang nama tersebut pada dua bait sya’ir:
Demikianlah At-Tawwab itu termasuk sifat-sifat-Nya
dan taubat dalam sifat-Nya bermacam dua
taufiq-Nya kepada hamba untuk bertaubat, dan menerima-Nya
setelah taubatnya, dengan karunia Yang Maha memberi karunia.
Asy-Syaikh
Muhammad Khalil Harras dalam penjelasannya terhadap dua bait syair itu
mengatakan: “Adapun nama At-Tawwab artinya adalah yang banyak taubat
artinya kembali. Maksudnya, menerima taubat hamba dan mengembalikan
kepada hamba berupa ampunan-Nya. Allah k berfirman:
“Dan
Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-Syura:
25)
“Yang Mengampuni dosa dan
Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada
Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali
(semua makhluk).” (Ghafir: 3)
Allah
l senantiasa menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai
tenggorokan atau sebelum matahari terbit dari barat. Maka bilamana
muncul tanda kiamat kecil (mati) dengan sampainya nyawa ke tenggorokan
atau muncul tanda kiamat besar dengan terbitnya matahari dari arah
barat, ketika itu pintu taubat ditutup. Allah l berfirman:
“Dan
tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara
mereka, (barulah) ia mengatakan: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’
Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di
dalam kekafiran. (An-Nisa`: 18)
“Yang
mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada
mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau
kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu. Pada hari datangnya sebagian
tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang
bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum)
mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (Al-An’am: 158)
Dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa Nabi n bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ
النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Bahwa
Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat
orang-orang yang berbuat jelek di siang hari dan membentangkan
tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang-orang yang berbuat
jelek di malam hari sehingga matahari terbit dari arah barat.” (Shahih,
HR. Muslim dari sahabat Abu Musa z)
Taubat Allah l terhadap hamba-Nya ada dua macam:
Pertama:
bahwa Ia memberikan ilham dan taufiq-Nya untuk bertaubat kepada-Nya
serta untuk menelusuri syarat-syarat taubat baik berupa penyesalan (dari
perbuatan dosa), istighfar, dan menanggalkan maksiat, bertekad untuk
tidak kembali kepada dosanya serta menggantikan dosanya dengan amal
shalih.
Kedua:
bahwa Allah l juga menerima taubat hamba-Nya, menyambutnya, serta
menghapuskan dosanya, karena taubat yang murni dan benar-benar itu akan
melebur kesalahan-kesalahan sebelumnya.
“Kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furqan: 70)
As-Sa’di
t juga menjelaskan dalam tafsirnya: “At-Tawwab adalah yang senantiasa
memberikan dan menerima taubat dari hamba-hamba-Nya serta mengampuni
dosa orang-orang yang bertaubat. Maka semua yang bertaubat kepada Allah l
dengan taubat yang murni dan sungguh-sungguh, Allah l pun akan menerima
taubatnya. Allah l memberikan taubat kepada hamba-Nya, pertama dengan
memberikan taufiq-Nya kepada mereka untuk bertaubat dan
bersungguh-sungguh dengan kalbunya menuju kepadanya, serta menerima
taubat mereka setelah mereka melakukannya dan mengampuni kesalahannya.”
Buah Mengimani Nama At-Tawwab
Dengan
mengimani nama At-Tawwab kita akan mendapatkan banyak manfaat. Di
antaranya, akan tumbuh pada diri kita rasa syukur yang besar kepada
Allah l yang memberikan taufiq dan ilham-Nya kepada seorang hamba
sehingga muncul pada dirinya keinginan untuk bertaubat serta mencabut
diri dari berbagai macam kesalahan dalam bentuk apapun. Kalaulah bukan
karena taufiq-Nya niscaya takkan tumbuh dalam diri ini keinginan untuk
bertaubat dan kembali keharibaan-Nya.
Dengan
mengimani nama itu pula, kita mengetahui dengan pasti bahwa pintu
taubat senantiasa terbuka, sehingga tidak ada kata putus asa untuk
bertaubat. Tiada kata ‘telanjur basah’ dalam maksiat. Apapun dan
berapapun dosanya Allah l akan berikan ampunan kepadanya manakala dia
dengan sungguh-sungguh bertaubat. Barangkali kita pernah mendengar
sebagian kisah dari Nabi n kita yang mulia, tentang bagaimana Allah l
menerima taubat seorang yang telah membunuh 100 jiwa, Allah l mengampuni
pelacur, bahkan yang berbuat kekafiran sekalipun Allah l beri ampunan,
ketika mereka bertaubat secara sungguh-sungguh.
Namun
yang perlu diperhatikan adalah kesungguh-sungguhan dalam bertaubat
dengan memenuhi syarat-syaratnya. Sebagaimana yang disebutkan Asy-Syaikh
Al-Harras di atas; menyesali perbuatan dosanya, mencabut diri darinya,
bertekad untuk tidak mengulanginya, mengganti dengan amal shalih,
dilakukan sebelum tertutupnya pintu taubat dan bila berkaitan dengan hak
orang, mengembalikan hak orang yang kita dzalimi, atau meminta
kehalalannya.
http://mengenalalloh.blogspot.com/2011/12/at-tawwab.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar