Rabu, 29 Mei 2013

Al `Aziiz (Yang Maha Perkasa)

Selain Ar Rahman dan Ar Rahim, Al Aziz termasuk Asma-Nya yang paling banyak disebut dalam Al Qur’an. Pengulangan yang tidak kurang dari 99 kali ini mengisyaratkan pentingnya asma Al Aziz.
Al Aziz dalam ensiklopedi Arab berarti kukuh, kuat, dan mantap. Bisa juga berarti angkuh, tidak terbendung, kasar, keras, dukungan, dan semangat membangkang. Bila dikaitkan langsung dengan Allah, maka berarti Yang Maha Mengalahkan siapapun yang melawan-Nya, dan tidak terkalahkan. Kekuatan-Nya tidak bisa dibendung dan kedudukan-Nya tidak bisa diraih. Begitu tingginya sehingga tidak bisa disentuh oleh keburukan dan kehinaan, karenanya Dia-lah Yang Maha Mulia.
“Barangsiapa yang menghendaki Al-izzat (kemuliaan), maka kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah.” (QS Al-Faathir: 10)
Imam Al Ghazali memberi tiga syarat bagi penyandang sifat dan nama Al Aziz. Pertama, perannya sangat penting dan hanya sedikit yang bisa menjalankan. Kedua, keberadaannya sangat dibutuhkan. Ketiga, sulit untuk diraih atau disentuh. Tanpa terhimpunnya tiga syarat di atas, tidak wajar jika dinamai Al Aziz. Al Ghazali memberikan contoh matahari. Sekalipun dalam tata surya ia tidak ada bandingannya, manfaat dan kebutuhan terhadapnya sangat besar, namun ia belum layak disebut Al Aziz, karena siapapun tidak sulit menyaksikannya.
Al Aziz hanya pantas disandang Allah, karena hanya Dia yang bisa menghimpun tiga syarat itu sekaligus. Tak satupun yang bisa menghimpun tiga syarat di atas, tanpa kekurangan. Oleh karena itu Dia-lah Yang Maha Mulia, karena peran-Nya sangat sentral, dan hanya Dia yang bisa memegang peran itu. Segala makhluk membutuhkan-Nya dalam banyak hal, termasuk dalam hal wujud dan kesinambungan eksistensi. Di samping itu, tidak ada yang bisa meraih-Nya, sebab tidak ada yang bisa mengenal Allah kecuali Allah sendiri. Kita bisa mengenal Allah, karena Dia memperkenalkan eksistensi-Nya.
Karena kemuliaan (Al Aziz) itu milik Allah, maka Allah-lah yang paling berhak menganugerahkan kemuliaan kepada yang dikehendaki-Nya. Kaitannya dengan hal ini, Dia telah menegaskan dalam QS Al Munaafiquun: 8 bahwa kemuliaan dianugerahkan kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.
Bagaimana cara mendapatkannya? Melalui hadis Qudsi Allah menjawab, “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari, Akulah Al Aziz (Yang Maha Mulia), barangsiapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taat kepada Al Aziz”.
Seseorang yang mencari kemuliaan dengan cara mengabdi kepada manusia dan dunia (harta, tahta, dan mahkota), maka mereka tidak mendapatkan apa-apa, melainkan kehinaan di mata Allah dan di mata manusia. Allah akan menghinakan di dunia dan di akhirat. “Siapa yang mencari kemuliaan melalui suatu kaum, Allah akan menghinakannya melalui mereka”.
Itulah sebabnya, Rasulullah SAW yang memiliki sifat Aziz, menolak ketika ditawari jabatan, harta benda, dan wanita cantik, agar dia bersedia meninggalkan agamanya. Bahkan beliau berulangkali menyampaikan kepada manusia bahwa perjuangan dan dakwahnya sama sekali tidak minta diupah oleh siapapun. Beliau dan keluarganya juga tidak menerima shadaqah, zakat, dan infaq dari manusia. Sebaliknya, beliau amat peduli kepada manusia tanpa mengharap balas jasa.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS At Taubah:128)
Orang yang mulia (aziz) di sisi Allah adalah mereka yang sangat banyak dibutuhkan hamba-hamba Allah dalam urusan yang paling penting, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan akhirat dan kebahagiaan abadi. Dalam hal ini, maka ranking pertama diduduki oleh para Rasul dan Nabi. Disusul kemudian para sahabat, tabiin, dan mereka yang melanjutkan risalah perjuangannya. Tingkat kemuliaan ini sangat ditentukan oleh besar kecil peranannya dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat ke jalan-Nya.
Orang yang menghayati sifat Al Aziz senantiasa menjaga dirinya dari ketergantungan kepada siapapun. Ia senantiasa iffah (menjaga kesucian diri) dan uzlah dari kepentingan dunia. Ia tidak pernah mau mengulurkan tangan meminta bantuan orang lain, apalagi meminta-minta. Dalam keadaan yang paling sulit sekalipun, ia tetap menahan diri. Mereka ini telah digambarkan dalam Al Qur’an: “Orang-orang yang tidak tahu mengira mereka orang kaya karena memelihara diri mereka dari meminta-minta.” (QS Al Baqarah: 273)
Orang yang meneladani sifat Al Aziz senantiasa mengedepankan integritasnya, ia selalu tampil berwibawa, disegani, dan dihormati oleh setiap yang mengenalnya. Integritas pribadinya sangat menonjol, karena ia tidak pernah merendahkan diri kepada dunia maupun orang lain disebabkan harta atau kedudukan sosial. “Barangsiapa merendah demi kekayaan, maka dua pertiga agamanya telah hilang”.
Tuhan kami, Engkaulah Al Aziz, bersihkan hati kami dari rayuan materi sehingga kami tidak memandang mulia selain Engkau. Persaksikan kepada kami makna kemuliaan sehingga jiwa kami menjadi tebusan untuk-Mu dan himpunlah kami bersama orang-orang arif yang telah Engkau anugerahi kemuliaan sehingga hati mereka penuh kemuliaan-Mu serta curahkanlah kepada kami rahasia kemuliaan-Mu sehingga jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu. Amin.
http://zanuarpages.wordpress.com/2012/11/18/mulianya-al-aziz/

Nama tersebut termasuk Al-Asma`ul Husna, sebagaimana terdapat dalam nash Al-Quran dan Hadits. Di dalam Al-Quran di antaranya di Surat Al-Baqarah ayat 129:
“Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Sedangkan di dalam hadits di antaranya diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas c, ia berkata: Rasulullah n bersabda:
“Manusia dikumpulkan di Hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak dikhitan sebagaimana dahulu mereka diciptakan….Maka aku mengatakan seperti yang dikatakan seorang hamba yang shalih: Jika engkau siksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engkau ampuni mereka, sesungguhnya Engkau adalah Al-Aziz (Maha Perkasa) dan Maha Bijaksana.” (Shahih, HR. At-Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah… Bab Ma Ja`a fi Sya`nil Hasyr no. 2423. Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan: Shahih)
Adapun makna nama Allah Al-’Aziz adalah yang memiliki sifat ‘izzah.
Al-‘Izzah menurut para ulama memiliki tiga makna:
q    Al-’Izzah yang berasal dari kata artinya pertahanan diri dari musuh yang hendak menyakiti-Nya sehingga tidak mungkin tipu dayanya akan sampai kepada-Nya. Sebagaimana dalam hadits qudsi Allah I berfirman:
“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguh-nya kalian tak akan dapat mencelakai Aku, sehingga membuat Aku celaka…”
q    Al-’Izzah yang berasal dari kata artinya mengalahkan dan memaksa. Contoh penggunaan kata itu dengan makna tersebut:
“Sesungguhnya saudaraku ini mem-punyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Dia berkata: ‘Serahkanlah kambingmu itu kepadaku,’ dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.” (Shad: 23)
Sehingga maknanya adalah Allah I Maha Perkasa, memaksa dan mengalahkan musuh-musuh-Nya, sedang musuh-Nya tidak mampu mengalahkan dan memaksa-Nya. Makna inilah yang paling banyak penggunaannya.
q    Dari kata  artinya kuat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin mengatakan: “Sifat ‘izzah menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Allah I dan bahwa tiada yang menyerupainya dalam hal kuat/mulia kedudukan-Nya.”
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan: “Al-’Aziz artinya yang memiliki segala macam kemuliaan: kemuliaan kekuatan, kemuliaan kemenangan, dan kemuliaan pertahanan. Sehingga tidak seorangpun dari makhluk dapat mencela-kai-Nya. Dan Ia mengalahkan dan menundukkan seluruh yang ada, sehingga tunduklah kepada-Nya seluruh makhluk karena kebesaran-Nya.”
Pengaruh Nama Al-’Aziz pada Hamba
Pengaruhnya pada diri seorang hamba, nama tersebut membuahkan sikap tunduk kepada-Nya, dan tidak mungkin bagi makhluk untuk melakukan sesuatu untuk memerangi Allah I seperti melakukan riba atau merampok. Karena keduanya meru-pakan salah satu bentuk memerangi Allah I, sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 279 dan Al-Ma‘idah ayat 33.
Nama ini juga membuahkan sifat mulia dalam diri seorang mukmin dalam berpegang dengan agamanya, sehingga ia mulia di hadapan orang kafir, merendah di hadapan mukminin.
Selain itu, nama ini juga membuahkan sikap selalu memohon pertolongan kepada Allah I dari kejahatan musuh karena Dia-lah yang Maha Kuat lagi Perkasa.
 http://mengenalalloh.blogspot.com/2011/12/al-azis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar